Aku
cemburu pada gadis kecil ini. Jangan tanya kenapa, karena aku pun tidak
memiliki alasan tepat kenapa aku harus cemburu pada anak sekecil ini. Aku juga
bangga bisa berkenalan dengannya, bangga memiliki tetangga sepertinya, bangga
bisa bercerita banyak dengannya jika aku pulang kampung, bangga ketika aku bisa
tertawa bersamanya. Aku bahkan hampir
tidak pernah melihat ia bersedih karena sedikit jajan yang diberikan maknya,
tidak memiliki sepeda yang layak untuk ia dayung ke sekolah, baju baru yang
sedikit saat hari raya. Ina, namanya. Dia adalah anak ketiga dari tetangga aku.
Aku, kakak, abang dan adikku suka mengganngunya hanya sekedar untuk candaan
karena jawaban-jawaban yang ia lontarkan seperti lucu dan persis jawaban orang
yang sudah berumur 30 tahun.
Pada
suatu kali, aku pernah melihat wajahnya yang sarat kesedihan dan aura wajahnya
sedikit khawatir. Aku belum pernah melihat gadis kecil ini sesedih ini, sampai
ia tidak menjawab pertanyaanku. Saat itu, aku sedang di sebuah puskesmas di
kecamatan. Baru saja, bapak ku menerima panggilan dari sebuah nomor asing dan
mengaku bahwa dirinya adalah satu perawat puskesmas. Ia mengabarkan bahwa ada
korban kecelakaan dan korban itu menyuruh saya untuk menelpon anda bahwa tolong
kabarkan keluarga korban secepatnya
bahwa korban mendapat kecelakaan dan sekarang ada di puskesmas. Hiiiiiaaak! Aku
tersentak, emak ku langsung memanggil keluarganya yang rumahnya berdampingan
dengan rumahku. Aku yang sedang makan malam langsung spontan untuk mengendarai
motor dan membawa istrinya dan si Ina menuju puskesmas.
Aku
benar-benar melihat aura kecemasan yang luar biasa pada anak sekecil ini. Aku pikir
bukan hanya orang dewasa yang bisa memikirkan berlebihan jika mendengar kabar
yang menyedihkan, anak sekecil ini juga bisa.
No comments:
Post a Comment