Saturday, May 12, 2012

Si Ina


Aku cemburu pada gadis kecil ini. Jangan tanya kenapa, karena aku pun tidak memiliki alasan tepat kenapa aku harus cemburu pada anak sekecil ini. Aku juga bangga bisa berkenalan dengannya, bangga memiliki tetangga sepertinya, bangga bisa bercerita banyak dengannya jika aku pulang kampung, bangga ketika aku bisa tertawa  bersamanya. Aku bahkan hampir tidak pernah melihat ia bersedih karena sedikit jajan yang diberikan maknya, tidak memiliki sepeda yang layak untuk ia dayung ke sekolah, baju baru yang sedikit saat hari raya. Ina, namanya. Dia adalah anak ketiga dari tetangga aku. Aku, kakak, abang dan adikku suka mengganngunya hanya sekedar untuk candaan karena jawaban-jawaban yang ia lontarkan seperti lucu dan persis jawaban orang yang sudah berumur 30 tahun.
Pada suatu kali, aku pernah melihat wajahnya yang sarat kesedihan dan aura wajahnya sedikit khawatir. Aku belum pernah melihat gadis kecil ini sesedih ini, sampai ia tidak menjawab pertanyaanku. Saat itu, aku sedang di sebuah puskesmas di kecamatan. Baru saja, bapak ku menerima panggilan dari sebuah nomor asing dan mengaku bahwa dirinya adalah satu perawat puskesmas. Ia mengabarkan bahwa ada korban kecelakaan dan korban itu menyuruh saya untuk menelpon anda bahwa tolong kabarkan keluarga korban  secepatnya bahwa korban mendapat kecelakaan dan sekarang ada di puskesmas. Hiiiiiaaak! Aku tersentak, emak ku langsung memanggil keluarganya yang rumahnya berdampingan dengan rumahku. Aku yang sedang makan malam langsung spontan untuk mengendarai motor dan membawa istrinya dan si Ina menuju puskesmas.
Aku benar-benar melihat aura kecemasan yang luar biasa pada anak sekecil ini. Aku pikir bukan hanya orang dewasa yang bisa memikirkan berlebihan jika mendengar kabar yang menyedihkan, anak sekecil ini juga bisa. 

No comments: